Religi

Usaha dan Takdir Dalam Hidup …

“Mengapa kita harus berusaha dalam hidup, kan hidup sudah ditentukan takdirnya?”
“Mengapa aku belum berhasil, kan aku sudah berusaha keras?”
Ini adalah pertanyaan yang beberapa kali pernah aku dengar. Pertanyaan ini juga yang pernah menjadi salah dua dari tanyaku dulu.

Nah, kemarin aku mengikuti sebuah kajian dan alhamdulillah pertanyaan tersebut menemukan titik terangnya. Ini tentang takdir dan ikhtiar (baca: usaha). Pertama dibahas mengenai definisi takdir. Takdir adalah ketentuan, kepastian, ukuran yang Allah tetapkan bagi makhluk dan alam semesta yang telah Allah ciptakan.

Ada contoh menarik yang dibahas mengenai takdir pada salah satu makhluknya yang bernama manusia. Iya, kita para manusia. Setiap manusia memiliki takdirnya, misal nih ukuran sepatu kita adalah nomor 40. Kita akan nyaman menggunakan sepatu nomor 40. Jika kita mengenakan sepatu nomor 39 itu akan terlalu sempit, jika pun kita mengenakan sepatu nomor 41, ini akan kebesaran. Kita tidak akan nyaman mengenakan sesuatu yang bukan ukuran kita. Contoh ukuran sepatu pun seakan menyindir diri yang kadang merasa rumput tetangga lebih hijau. Padahal kan setiap halaman sudah diatur kadar kehijauannya ya. ‘Kehijauan’ rumput di halaman sudah disesuaikan dengan ‘rumah’ masing-masing.

Bukan hanya manusia yang memiliki takdirnya. Ada juga alam semesta yang memiliki takdirnya. Semua planet bergerak pada orbitnya. Pergerakannya bukanlah pergerakan tanpa aturan, semua bergerak pada orbitnya masing-masing sesuai dengan ketetapan Allah. Pergerakan-pergerakan di alam semesta ini pun ternyata berpengaruh terhadap bumi. Kini bumi bisa tetap berada dalam posisinya sekarang. Juga kita para manusia beserta makhluk Allah lainnya bisa hidup di bumi-Nya.

Takdir memang sudah ditetapkan tapi ternyata bagaimana kita menyikapi bisalah berbeda-beda. Ada seseorang yang sangat meyakini bahwa takdir hanya dipengaruhi oleh ikhtiar (baca: usaha). Orang dengan tipe ini meyakini bahwa takdir baik terjadi karena usahanya, begitu pula sebaliknya. Ada seseorang juga yang meyakini bahwa takdir sudah ditetapkan, karenanya kita tidak perlu melakukan apa-apa karena semua sudah ditetapkan. Ada tipe ke tiga yaitu seseorang yang meyakini takdir. Keyakinannya pada takdir mendorongnya untuk selalu berusaha sebaik mungkin melakukan berbagai hal untuk hidupnya dan meyakini bahwa hasil usahanya adalah takdir Allah.

Keyakinan pada takdir ini perlu juga disertai dengan pemahaman akan hakikat dan prinsip hidup.
Apakah itu hakikat hidup?
Hidup adalah ibadah, ujian, keindahan, dan fana. Semua yang terjadi dalam hidup ini, baik itu yang (menurut kita) baik atau kurang baik adalah sarana kita beribadah. Ketika kita mendapatkan takdir baik, ini adalah saatnya kita mensyukuri kebaikan yang kita dapatkan tersebut. Kalaupun kita sedang mendapatkan takdir kurang baik, itu adalah saatnya kita untuk bersabar. Syukur dan sabar adalah bagian dari ibadah kita dalam menjalani hidup ini.

Lantas apa itu prinsip hidup?
Prinsip hidup adalah istiqomah, istianah, dan tha’ah. Istiqomah untuk terus melakukan hal baik, istianah adalah meminta tolong jika kita kesulitan tentunya yang utama adalah kepada Allah, dan tha’ah adalah taat kepada Allah. Tiga prinsip hidup tersebut mendukung pemahaman kita akan takdir dalam hidup ini.

Pertanyaan selanjutnya adalah, “Untuk apa kita meyakini takdir?”
Dengan meyakini takdir kita akan punya tempat mengadu dan merasakan ketenangan jiwa.
Pertanyaan selanjutnya (lagi) adalah, “ Bagaimana agar kita bisa berdamai dengan takdir?”
Janganlah menunda kesempatan untuk berbuat baik, berbaik sangkalah selalu kepada Allah, seringlah memberi tanpa berharap balasan, lakukan instrospeksi diri, dan berdoalah!

Semoga catatan ini bermanfaat!

Author Since: Aug 04, 2018

Mata buku, mata dengan jendela untuk melihat berbagai indah kehidupan...